” WOOW !!! BENDAHARA KAMPUNG MENCOBA SUAP WARTAWAN “
[su_animate][su_heading][su_highlight background=”#f41221″ color=”#fefefd”]Lampungnet.com – Berita Lampung Bersih Terpercaya[/su_highlight][/su_heading][/su_animate]
Lampung Tengah | Proyek pembangunan drainase menggunakan dana desa (DD) kampung Purworejo Kecamatan kota Gaja, Kabupaten Lampung Tengah mutunya diragukan dan diduga tidak sesuai Rencana Anggaran Bangunan (RAB), (16/10).
Dari pantauaan awak media dilapangan kenyataannya, riol dengan volume pasangan batu dinding bangunan bolong-bolong, membuat mata yang melihat seperti kerurangan adukan semen kesanya seperti bangunan lama. Padahal, fungsi drainase untuk kelancaran air, apalagi daerah itu berdekatan keluar masuknya air ledeng, ujar beberapa kepala biro awak media.
Bisa dikatakan, dalam pelaksanaan proyek diduga pihak pengguna anggaran tidak memakai tenaga ahli teknis pekerjaan, serta tidak mempertimbangkan penyelidikan terhadap parameter desain dalam pelaksanaan pembangunan drainase tersebut.
Menurut beberapa biro berbagai media red pembangunan suatu proyek dengan sumber DD di beberapa desa saat ini terkendala masalah teknis, sehingga banyak sarana bangunan yang mutunya diragukan dan terkesan mubajir, akibat pelaksana proyek diduga tidak memakai tenaga ahli, ungkapnya sembari mengatakan proyek APBD atau APBN saja memakai tenaga ahli dan konsultan.
Untuk itu, Seharusnya TPK di kampung memakai tenaga ahli, minimal minta petunjuk serta pendamping yang benar-benar mengerti pembangun, baik petugas Dinas PU yang profesinal di masing-masing daerah, jika tidak maka tidak tertutup kemungkinan uang ratusan miliar rupiah yang dikucurkan pemerintah pusat untuk pembangunan berbagai sarana infrastruktur di desa akan mubajir.
dengan Memakai tenaga ahli teknis pekerjaan yang dilaksanakan diharapkan akan menjadikan sebuah bangunan semakin berkualitas dan masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh perangkat desa harusnya diajukan kepada pihak yang berwenang.
Drainase diduga tidak sesuai rencana anggaran biaya (RAB). Pasalnya, parit yang baru dibangun itu penyusunan batu hanya memakai batu satu yang berukuran kurang dari 20 cm, bahkan banyak lubang akibat kekurangannya adukan semen.
Dugaan itu ditemukan dari hasil investigasi di Dusun 2 dan 3, dengan panjang kurang lebih 750 meter.
Saat di wawancarai edi mengaku TPK kampung Purworejo yang sekaligus sebagai kepala dusun mengatakan pembangunan drainase berapa ukurannya beliau tidak tahu mengenai terkait rencana anggaran pembangunan bahkan apa yang ada di (RAP).
“Lebih jelasnya kekantor saja bang sampean sudah di tunggu kepala kampung dan ibu bendahara keuangan, pungkas Edi.
sesampai di balai kampung Edi mengatakan lagi ke awak media. jadi begini bang kaur pembangunannya kan ada sendiri bukan saya, TPK nya ya itu kaur pembangunan, TPK nya kan ada 2 saya dan pak Dwi” ujar Edi kadus yang tadinya mengaku TPK.
“Aturan dan ukuran matrial, untuk bibir atas dengan lebar 20 cm, untuk lebar bawah 40 cm sedangkan untuk lebar atas 60 cm, dan total lebar atas 1 meter,” tambah Dwi.
Beberapa awak media sosial kontrol yang turun langsung investigasi di pembangunan drainase tersebut, mengatakan itu tolong diperbaiki karena pondasi drainase diduga tidak kokoh atau bahkan tidak ada kekuatan dari penyusuan batu dibawah kecil yang besar hanya yang di atas, kami selagi awak media hanya meminta penyusunan batu yang diduga tidak sesuai dengan rap itu cepat di diperbaiki. Bahkan tolong diperjelaskan bukan hanya itu, pengerjaannya pun untuk penggalian Drainase di borongkan kepada pekerja yang bukan tinggal di kampung tersebut. Senin (15/10/2018).
Bantah keras bendahara keuangan kampung “untuk penggalihan itu saya tidak tau menahu terkait yang di borongkan.
saya tidak tahu kalau itu di borongkan, itu yang bawa kepala tukangnya,” bantahnya.
Sedangkan fakta yang terjadi di lokasi pekerjaan bertolak belakang dengan pernyataan kaur pembangunan drainase tersebut, diduga pembangunan di kerjakan asal-asalan dengan cara penyusunan batu dan sebagian hanya di isi tanah.
Kata kepala desa menjelaskan “mas saya ini sudah tua jadi setiap ada wartawan itu semua saya suruh menemui bendahara saya, karena untuk urusan kalau ada wartawan dateng bendahara saya semua yang memberikan amplopnya, karena saya ini sudah sakit-sakitan, ” ujar kepala kampung.
Tak lama selesai wawancara bendahara keuangan kampung Purworejo mendekati koordinator media, bendahara tersebut memberikan amplop sambil berkata, “pak saya minta tolong, urusan ini jangan diberitakan yang jelek, ini saya memberikan untuk uang bensin isinya ini satu juta (1.000.000), dan uang ini dari hasil rembuk kepala kepala kampung dan TPK tolong diterima, pekerjaan kami belum selesai mas” ucapnya.
Bantah keras kordinator media “mohon maaf kami journalis tidak menerima suap, apapun bentuknya, kami hanya mencari berita yang diduga janggal dalam pengerjaan, pembangunan, ataupun kegiataan kepemerintahaan yang menggunkana APD ataupun APBN mohon maaf kami kesini hanya mencari berita bukan meminta uang. Kami hanya meminta pembangunan drainase itu diperbaiki, yang penyusunan yang tidak sesuai dengan rap yang ada” ujar koordinator investigasi.
Ironisnya sang bendara diduga kuat akan menyuap team media yang turun kelapangan agar tidak mengangkat pemberitaan permasalahan Drainase , kalimat lembut sang ibu Bendahara terucap “pak diterima saja pak karena yang kami berikan bukan sedikit wartawan bahkan banyak wartawan” ujar bendahara kampung Purworejo. (andi)